Peri Apontus Berutu | Kisah Kehidupan | Profil dan Biodata
Profil dan Biodata - Hallo nama saya Peri Apontus Berutu. Saya lahir pada hari Minggu tepatnya tanggal 15 Juni 1997 di desa Ulumerah kabupaten Pakpak Bharat provinsi Sumatera Utara. Tanggal kelahiran saya cukup unik. Tanggal 15 merupakan angka pertengahan di bulan Juni dan bulan Juni juga merupakan bulan pertengahan setiap tahun-tahun. Jadi tanggal kelahiran itu saya anggap sebagai keberuntungan.
Saya lahir sebagai anak pertama dari lima orang bersaudara. Nama ayah Johari Berutu dan ibu saya Asriati Padang. Sebagai anak pertama saya memiliki tanggung jawab penuh terhadap adik-adik saya. Mendidik, mengajari, memberi contoh yang baik, dan mengatur disaat orang tua sedang keluar rumah sudah menjadi keseharian dan kewajiban. Jadi untuk menjalankan itu sudah terbenam sifat kepemimpinan sejak dari lahir.
Saya memang dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ayah dan ibu saya hanyalah seorang petani biasa. Hasil pertanian itu pun lebih dari cukup hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan tersebut lah yang memotivasi saya untuk selalu bersyukur dari setiap keadaan.
Awal kehidupan
Tepatnya pada hari minggu tahun 1997 saya lahir ke dunia ini. Sungguh kebahagiaan tiada tara yang dirasakan ke dua orang tua saya karena kedatangan anggota keluarga baru. Sang buah hati dengan sosoknya yang begitu mungil namun rapuh. Sang buah hati itu diberi nama Priadi Berutu. Namun enam bulan setelahnya secara resmi ditetapkan menjadi Peri Apontus Berutu oleh Pastor sesuai aturan Khatolik.
Ketika saya baru lahir keluarga kami memang masih tinggal serumah dengan orang tua bapak. Karena pada waktu itu belum memiliki cukup uang untuk membangun rumah milik sendiri. Namun yang disayangkan bapak saya masih terpengaruh dengan kehidupan masa mudanya. Pada saat malam sering keluar main judi dan mabuk-mabukan. Hal tersebut tentunya membuat ibu saya marah. Hasil kerja kerasnya bukannya untuk ditabung malah digunakan untuk hiburan semata.
Pada suatu malam ibu saya sengaja mengikuti bapak diam-diam yang berencana main judi ke kampung seberang. Pada malam itu saya ikut digendong bersamanya. Namun di tengah perjalanan ibu ketahuan oleh bapak. Sontak bapak langsung menyuruh ibu pulang. Namun ibu tetap bersikeras. Hal tersebut membuat bapak khawatir dengan kondisi kesehatan saya yang masih bayi. Tiba-tiba bapak meminta menggendong saya lalu berputar balik kembali pulang ke rumah. Akhirnya bapak tidak jadi main judi di malam itu.
Rumah Baru
Daerah saya memang masih sangat tertinggal di banding daerah-daerah di sekitarnya. Sangatlah wajar bila pendidikan pun masih jauh dari kata layak. Sehingga masa balita saya tidak pernah merasakan bagaimana itu kehidupan TK. Kehidupan saya sehari-harinya hanyalah sekedar main dan ikut orang tua ke ladang.
Umur empat tahun tibalah saatnya hari yang ditunggu-tunggu. Akhirnya keluarga kami akan pindah ke rumah baru. Memang hanyalah sekedar rumah kecil berlantaikan dan berdindingkan papan. Namun tak bisa dipungkiri memiliki rumah baru menimbulkan kebahagian tersendiri.
Pada saat itu saya memang sudah memiliki seorang adik yang berumur dua tahun. Namanya Frizal Laurensius Berutu. Hari pindahan tiba. Saya, bapak, dan adik pergi pindahan duluan dan membereskan segala pekerjaan yang ada di rumah baru. Memang saya dan adik hanyalah sekedar duduk. Terlihat ayah dengan gigihnya membersihkan pekarangan rumah dan menyapu seluruh lantai sudut demi sudut. Setelah beres semua nampak ibu dari kejauhan membawa barang-barang yang tersisa. Secara resmi akhirnya kami pun menetap di rumah baru.
Sekolah Dasar
Juli 2003 tepatnya ketika saya sudah berumur enam tahun saya akhirnya memasuki kehidupan sekolah. Tidak seperti zaman sekarang yang mana ketika baru memasuki sekolah dasar orang tua lah yang pertama kali mengantar anaknya. Namun berdasarkan pengalaman pribadi saya harus pergi sendiri jalan kaki. Kakak seniorlah yang berbaik hati menemani dan mengantar sampai ke ruangan kelas. Di awal-awal saya benar-benar gugup. Saya tidak tahu mau kemana dan berbuat apa. Tak sedikitpun saya bergerak dari kursi pertama kali duduk. Saya hanya diam melihat-lihat sekeling. Tak sedikit pula teman-teman banyak yang menangis.
Enam tahun saya menjalani kehidupan SD dan selama itu tidak ada hal yang begitu spesial. Layaknya seperti siswa biasa saya hanya datang, pulang, ke ladang, dan tidur. Namun masih teringat rangking-rangking kelas yang pernah saya raih setiap semesternya.
Peri Apontus Berutu | Kisah Kehidupan | Profil dan Biodata - Demikian data pribadi dan keluh kesah kehidupan yang dapat saya bagikan kepada anda semua. Saya harapakan interaksi dalam bentuk komen dan pertanyaan dari teman-teman sekalian untuk membangun perkembangan artikel yang saya tulis untuk ke depannya.
Terima kasih
Saya lahir sebagai anak pertama dari lima orang bersaudara. Nama ayah Johari Berutu dan ibu saya Asriati Padang. Sebagai anak pertama saya memiliki tanggung jawab penuh terhadap adik-adik saya. Mendidik, mengajari, memberi contoh yang baik, dan mengatur disaat orang tua sedang keluar rumah sudah menjadi keseharian dan kewajiban. Jadi untuk menjalankan itu sudah terbenam sifat kepemimpinan sejak dari lahir.
Saya memang dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ayah dan ibu saya hanyalah seorang petani biasa. Hasil pertanian itu pun lebih dari cukup hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan tersebut lah yang memotivasi saya untuk selalu bersyukur dari setiap keadaan.
Awal kehidupan
Tepatnya pada hari minggu tahun 1997 saya lahir ke dunia ini. Sungguh kebahagiaan tiada tara yang dirasakan ke dua orang tua saya karena kedatangan anggota keluarga baru. Sang buah hati dengan sosoknya yang begitu mungil namun rapuh. Sang buah hati itu diberi nama Priadi Berutu. Namun enam bulan setelahnya secara resmi ditetapkan menjadi Peri Apontus Berutu oleh Pastor sesuai aturan Khatolik.
Ketika saya baru lahir keluarga kami memang masih tinggal serumah dengan orang tua bapak. Karena pada waktu itu belum memiliki cukup uang untuk membangun rumah milik sendiri. Namun yang disayangkan bapak saya masih terpengaruh dengan kehidupan masa mudanya. Pada saat malam sering keluar main judi dan mabuk-mabukan. Hal tersebut tentunya membuat ibu saya marah. Hasil kerja kerasnya bukannya untuk ditabung malah digunakan untuk hiburan semata.
Pada suatu malam ibu saya sengaja mengikuti bapak diam-diam yang berencana main judi ke kampung seberang. Pada malam itu saya ikut digendong bersamanya. Namun di tengah perjalanan ibu ketahuan oleh bapak. Sontak bapak langsung menyuruh ibu pulang. Namun ibu tetap bersikeras. Hal tersebut membuat bapak khawatir dengan kondisi kesehatan saya yang masih bayi. Tiba-tiba bapak meminta menggendong saya lalu berputar balik kembali pulang ke rumah. Akhirnya bapak tidak jadi main judi di malam itu.
Rumah Baru
Daerah saya memang masih sangat tertinggal di banding daerah-daerah di sekitarnya. Sangatlah wajar bila pendidikan pun masih jauh dari kata layak. Sehingga masa balita saya tidak pernah merasakan bagaimana itu kehidupan TK. Kehidupan saya sehari-harinya hanyalah sekedar main dan ikut orang tua ke ladang.
Umur empat tahun tibalah saatnya hari yang ditunggu-tunggu. Akhirnya keluarga kami akan pindah ke rumah baru. Memang hanyalah sekedar rumah kecil berlantaikan dan berdindingkan papan. Namun tak bisa dipungkiri memiliki rumah baru menimbulkan kebahagian tersendiri.
Pada saat itu saya memang sudah memiliki seorang adik yang berumur dua tahun. Namanya Frizal Laurensius Berutu. Hari pindahan tiba. Saya, bapak, dan adik pergi pindahan duluan dan membereskan segala pekerjaan yang ada di rumah baru. Memang saya dan adik hanyalah sekedar duduk. Terlihat ayah dengan gigihnya membersihkan pekarangan rumah dan menyapu seluruh lantai sudut demi sudut. Setelah beres semua nampak ibu dari kejauhan membawa barang-barang yang tersisa. Secara resmi akhirnya kami pun menetap di rumah baru.
Sekolah Dasar
Juli 2003 tepatnya ketika saya sudah berumur enam tahun saya akhirnya memasuki kehidupan sekolah. Tidak seperti zaman sekarang yang mana ketika baru memasuki sekolah dasar orang tua lah yang pertama kali mengantar anaknya. Namun berdasarkan pengalaman pribadi saya harus pergi sendiri jalan kaki. Kakak seniorlah yang berbaik hati menemani dan mengantar sampai ke ruangan kelas. Di awal-awal saya benar-benar gugup. Saya tidak tahu mau kemana dan berbuat apa. Tak sedikitpun saya bergerak dari kursi pertama kali duduk. Saya hanya diam melihat-lihat sekeling. Tak sedikit pula teman-teman banyak yang menangis.
Enam tahun saya menjalani kehidupan SD dan selama itu tidak ada hal yang begitu spesial. Layaknya seperti siswa biasa saya hanya datang, pulang, ke ladang, dan tidur. Namun masih teringat rangking-rangking kelas yang pernah saya raih setiap semesternya.
- Semester 1 kelas 1 rangking 4
- Semester 2 kelas 1 rangking 3
- Semester 1 kelas 2 rangking 4
- Semester 2 kelas 2 rangking 2
- Semester 1 kelas 3 rangking 4
- Semester 2 kelas 3 rangking 5
- Semester 1 kelas 4 rangking 2
- Semester 2 kelas 4 rangking 1
- Semester 1 kelas 5 rangking 2
- Semester 2 kelas 5 rangking 1
- Semester 1 kelas 6 rangking 1
- Semester 2 kelas 6 rangking 1
Dikala itu kelas lima dan enam SD saya juga pernah mengikuti olimpiade antar sekolah se-kabupaten Pakpak Bharat. Sayangnya sekalipun saya tak pernah juara.
Kehidupan SMP
Di desa saya hanya terdapat sekolah tingkat SD. Jadi jika ingin melanjutkan pendidikan tingkat SMP harus pergi ke desa sebelah yang jaraknya hingga 4 KM dari rumah saya.
Senin, Juli 2009 adalah hari pertama saya sekolah. Pukul 04.00 WIB dihari itu saya sudah bangun. Saya mempersiapkan sarapan pagi, membereskan rumah, dan mempersiapkan diri siap-siap pergi ke sekolah. Sengaja saya bangun cepat agar tidak telat di hari yang pertama. Pukul 06.30 Wib saya berangkat jalan kaki bersama teman-teman yang lain (satu angkatan dan senior satu kampung). Tak butuh waktu lama (karena sudah menjadi kebiasaan jalan kaki dari kecil) pukul 07.15 Wib kami sampai di sekolah. Terlihat banyak siswa dan siswi baru dari berbagai desa berkumpul dalam satu halaman depan sekolah. Saya sangat gugup karena kurang terbiasa dengan wajah-wajah asing dan keramaian.
Bel berbunyi. Seluruh siswa langsung berbaris rapi di halaman utama. Saya panik harus berbaris dimana. Berbalik berputar-putar melihat-lihat sekeliling. Dari belakang pelan-pelan saya mengikuti siswa-siswi baru yang lain berbaris. Guru memberi pengarahan dan menyambut siswa-siswi baru yang baru bergabung. Kami diarahkan dan didik secara teratur selama tiga hari berturut-turut (yang biasa disebut MOS).
Tiga tahun menjalani kehidupan SMP bolak-balik sejauh 4 KM jalan kaki dan selama itu tidak ada yang spesial sama halnya seperti kehidupan SD dulu. Saya hanya belajar dan bersaing dengan siswa-siswi yang lain memperebutkan rangking kelas seperti biasa. Rangking delapan sampai sebelas adalah rata-rata kelas yang saya dapatkan.
Saya juga pernah jadi siswa yang bandel selama SMP. Sering terlambat, bolos, tidak ikut ibadah mingguan, mencuri, main game ke rental PS saat masih pelajaran berlangsung, bahkan pernah merusak beberapa fasilitas sekolah. Saya seperti ini karena pengaruh dari lingkungan teman sepergaulan. Namun meskipun begitu saya masih mampu mengikuti persaingan akademik dalam kelas. Jika ada kompetesi les tambahan gratis terbatas saya masih masuk didalamnya.
Kehidupan SMA
Memang sudah takdirnya harus bolak-balik jalan kaki selama 12 tahun selama sekolah. Namun di tiga tahun kehidupan SMA merupakan rintangan terberat bagi saya. Kadang saya hanya jalan sendirian pulang ke rumah. Teman-teman yang dulu ketika masih SMP malah harus mengambil sekolah yang berbeda. Di kelas satu saya memang masih memiliki teman sesama kampung namun saat kenaikan kelas mereka malah tak lulus dan tak mau bersekolah lagi. Dua tahun saya jalani keseringan sendiri jalan kaki bolak-balik ke sekolah.
Tiga tahun SMA saya jalani dan tak ada yang spesial. Namun saat masih kelas satu sifat bandel dari SMP masih kebawa-kebawa. Sering terlambat dan bolos sekolah. Dan yang paling parah pernah melawan guru sampai harus diusir dari ruangan dan besoknya dapat Surat Panggilan Orangtua. Orangtua saya sempat drop karena sebelumnya saya tak pernah sebandel ini. Namun karena didikan itulah hingga akhirnya saya pun berubah.
Tahun 2015 saya lulus dan melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Samudra Langsa Aceh.
Di desa saya hanya terdapat sekolah tingkat SD. Jadi jika ingin melanjutkan pendidikan tingkat SMP harus pergi ke desa sebelah yang jaraknya hingga 4 KM dari rumah saya.
Senin, Juli 2009 adalah hari pertama saya sekolah. Pukul 04.00 WIB dihari itu saya sudah bangun. Saya mempersiapkan sarapan pagi, membereskan rumah, dan mempersiapkan diri siap-siap pergi ke sekolah. Sengaja saya bangun cepat agar tidak telat di hari yang pertama. Pukul 06.30 Wib saya berangkat jalan kaki bersama teman-teman yang lain (satu angkatan dan senior satu kampung). Tak butuh waktu lama (karena sudah menjadi kebiasaan jalan kaki dari kecil) pukul 07.15 Wib kami sampai di sekolah. Terlihat banyak siswa dan siswi baru dari berbagai desa berkumpul dalam satu halaman depan sekolah. Saya sangat gugup karena kurang terbiasa dengan wajah-wajah asing dan keramaian.
Bel berbunyi. Seluruh siswa langsung berbaris rapi di halaman utama. Saya panik harus berbaris dimana. Berbalik berputar-putar melihat-lihat sekeliling. Dari belakang pelan-pelan saya mengikuti siswa-siswi baru yang lain berbaris. Guru memberi pengarahan dan menyambut siswa-siswi baru yang baru bergabung. Kami diarahkan dan didik secara teratur selama tiga hari berturut-turut (yang biasa disebut MOS).
Tiga tahun menjalani kehidupan SMP bolak-balik sejauh 4 KM jalan kaki dan selama itu tidak ada yang spesial sama halnya seperti kehidupan SD dulu. Saya hanya belajar dan bersaing dengan siswa-siswi yang lain memperebutkan rangking kelas seperti biasa. Rangking delapan sampai sebelas adalah rata-rata kelas yang saya dapatkan.
Saya juga pernah jadi siswa yang bandel selama SMP. Sering terlambat, bolos, tidak ikut ibadah mingguan, mencuri, main game ke rental PS saat masih pelajaran berlangsung, bahkan pernah merusak beberapa fasilitas sekolah. Saya seperti ini karena pengaruh dari lingkungan teman sepergaulan. Namun meskipun begitu saya masih mampu mengikuti persaingan akademik dalam kelas. Jika ada kompetesi les tambahan gratis terbatas saya masih masuk didalamnya.
Kehidupan SMA
Memang sudah takdirnya harus bolak-balik jalan kaki selama 12 tahun selama sekolah. Namun di tiga tahun kehidupan SMA merupakan rintangan terberat bagi saya. Kadang saya hanya jalan sendirian pulang ke rumah. Teman-teman yang dulu ketika masih SMP malah harus mengambil sekolah yang berbeda. Di kelas satu saya memang masih memiliki teman sesama kampung namun saat kenaikan kelas mereka malah tak lulus dan tak mau bersekolah lagi. Dua tahun saya jalani keseringan sendiri jalan kaki bolak-balik ke sekolah.
Tiga tahun SMA saya jalani dan tak ada yang spesial. Namun saat masih kelas satu sifat bandel dari SMP masih kebawa-kebawa. Sering terlambat dan bolos sekolah. Dan yang paling parah pernah melawan guru sampai harus diusir dari ruangan dan besoknya dapat Surat Panggilan Orangtua. Orangtua saya sempat drop karena sebelumnya saya tak pernah sebandel ini. Namun karena didikan itulah hingga akhirnya saya pun berubah.
Tahun 2015 saya lulus dan melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Samudra Langsa Aceh.
Profil dan Biodata Lengkap
Nama | : | Peri Apontus Berutu |
Jenis Kelamin | : | Laki-Laki |
Tempat Tanggal Lahir | : | Ulumerah, 15 Juni 1997 |
Agama | : | Katholik |
Alamat | : | Desa Ulumerah, Pakpak Bharat, Sumut |
Pendidikan
- SDN 030417 Ulumerah, Pakpak Bharat, Sumut
- SMP N 1 STTU JULU, Pakpak Bharat, Sumut
- SMA N 1 STTU JULU, Pakpak Bharat, Sumut
- Program S1 Ekonomi Pembangunan di Universitas Samudra, Langsa, Aceh
Pengalaman
- 2014 - 2016 : Pernah menulis artikel secara rutin di sebuah blog dan merajai beberapa halaman pertama pencarian google.
- 2015 - 2017 : Mendesain wap dan menyediakan konten download musik di situs builder wapka dan mampu merajai beberapa halaman pertama pencarian google.
- 2015 - 2016 : Publisher situs advertising UC Union dan Adreactor
- 2017 - 2018 : Memiliki channel youtube konten lirik lagu cover musik dan memahami perkembangan alogaritma youtube dari tahun ke tahun. Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang sistem monetisasi channel youtube hingga cara berpenghasilan tinggi.
Kemampuan
- Mampu mengoperasikan Microsoft Word, Excel, dan Power Point (dalam tahap belajar).
- Mampu mengedit foto dan video sederhana menggunakan Photoshop, Photoscape, Movie Maker, Filmora, dan Premiere Pro.
- Mampu mengetik 12 jari secara cepat dan tepat (dalam tahap belajar)
- Mampu mengoptimasi sebuah web/blog agar cepat berkembang.
- Mampu mengarang dan membuat artikel berkualitas.
- Mampu berbahasa inggris secara pasif.
- Mampu menganalisis data secara akurat.
Peri Apontus Berutu | Kisah Kehidupan | Profil dan Biodata - Demikian data pribadi dan keluh kesah kehidupan yang dapat saya bagikan kepada anda semua. Saya harapakan interaksi dalam bentuk komen dan pertanyaan dari teman-teman sekalian untuk membangun perkembangan artikel yang saya tulis untuk ke depannya.
Terima kasih
Belum ada Komentar untuk "Peri Apontus Berutu | Kisah Kehidupan | Profil dan Biodata "
Posting Komentar